Senin, 19 Juli 2010

Detective Dark L TousHiro #1

Case 1: chronologi case
Dia adalah seorang detective remaja. Dikepolisian dia terkenal dengan nama Dark L Toushiro tapi mereka yang hanya sebagaian teman biasanya hanya memanggil dia dengan nama saja. Okta adalah namanya. Aku adalah teman dekatnya Joshua dan temanku yang juga dekat dengan Okta adalah Andre. Kalau kami sebagai sahabatnya sering memanggilnya dengan sebutan Shiro. Kami bertiga selaku bersama-sama dari kita kelas satu SMA. Kami sering mengikuti Shiro saat dia sedang di panggil polisi untuk menyelesaikan kasus. Kami pun tertarik dalam dunia yang dijalani oleh Shiro. Sahabatku ini adalah detective yang sangat terkenal di dunia kepolisian. Kami bertiga sudah banyak menghabiskan waktu bersama dan telah melewati berbagai misteri dari yang sulit hingga yang sulit sekalipun. Dari semua masalah yang kami lewati, kami pernah mengalami kasus di dalam lingkup teman sekolah kami.

Sabtu, 27 maret 2010
Kami mengadakan sebuah acara. Kami menginap di-rumah salah satu teman kami, Anton. Anton adalah teman sekelas kami, tapi kami tidak terlalu dekat dengannya. Entah mengapa dia mengundang kami untuk menginap dirumahnya. Sebenarnya Anton adalah tipe orang pendiam yang jarang berbicara. Mungkin acara itu diadakan karena dia baru saja memenangkan kompetisi sepak bola antar sekolah minggu lalu. Kami tak hanya berempat, 2 sahabat Anton juga menginap yaitu Randi si jenius dan Kurni si penulis. Mereka bertiga sebenarnya adalah kelompok orang yang tak suka banyak bicara. Terutama Randi yang sangat pintar dalam pelajaran.
Tepat pukul 19.00 kami berkumpul di rumah Anton. Alangkah kagetnya kami bertiga setalah melihat rumah Anton.
“Wah, besar sekali rumahmu ton???” ucapku sambil terheran-heran.
“Ia, sangat besar dan megah!!!” sambung Andre dan Shiro.
“Jangan begitu, ini hanyalah rumah bisa. Jagan di besar-besarkan.” Jawab Anton.
Tapi Randi dan Kurni hanya berdiri diam biasa. Tentu saja mereka sudah sering datang ke rumah Anton, jadi mereka tidak heran. Kami memasuki rumah itu. Saat masuk, lampu yang bartabur dengan kristal besar menambah kagum kami. Kami berjalan menuju ruang makan.

Dalam perjalanan Anton berkata inilah rumahku, “orang tuaku sangat sibuk jadi mereka jarang ada di rumah. Anggaplah rumah sendiri ya dan jangan malu-malu.”
Kami melihat meja makan yang besar yang diatasnya terisi penuh dengan makan yang banyak. Kami makan sekitar setengah jam. Dan kami pergi menuju ruang mainan. Kami pun kembali dibuat tabjub dengan segudang koleksi mainan Anton. Kami bermain banyak sekali permainan dari mobil remote control, pesawat-pesawatan, PSP 3, XBOX 360 dan masih banyak lagi. Tapi seperti biasa, sahabat kami Shiro hanya terdiam duduk di sofa. Sekitar pukul 22.00 Randi mulai merasa ngantuk dan memutuskan untuk tidur. Akhirnya kami juga mengakhiri permainan dam menujuk kamar kami masing-masing di antar oleh Anton. Pertama kami mengantar Randi kekamarnya di lantai 2 dengan mengunakan lift. Kamar yang luas itu cukup menarik tapi itu kamar untuk Randi. Saat akan meninggalkan randi dia pergi ke toilet yang hanya barjarak 3 ruangan dengan kamarnya. Randi dan Kurni sering menginap dirumah. Setelah itu kami mengantar Kurni yang cukup jauh dari kamar Randi tapi maasih di lantai 2. Kamar itu sangat mirip dengan kamar Randi. Bahkan dapat di bilang itu adalah kamar copy-an dari kamar Randi tadi. Karena sudah pukul 22.15 kami segera meninggalkan Kurni dan pergi kekamar kami. Anton sudah menyiapkan 3 kamar juga untuk kami bertiga, tapi kami memilih untuk tidur bertiga karena menurut kami kamar itu sudah cukup besar. Sebelum tidur kami berbincang-bincang tentang rumah Anton. Tapi sekitar pukul 23.30 kami mendengar langkah kaki melewati depan pintu kamar kami. Dengan sigap Shiro melompat ke arah pintu dan langsung membuka pintu. Andre sangat ketakutan dan aku juga sedikit takut tapi aku memilih untuk menghampiri Shiro yang melihat kondisi di luar kamar dengan wajah yang serius itu. Aku ingat sekali mimik itu. Mimik yang sangat sering aku lihat saat Shiro menghadapi kasus. Akupun menjadi semakin takut melihat wajah Shiro. Dalam hati aku berharap mimik itu hanya sebuah ekspresi kaget. Aku mengahampiri Shiro.

“Ro, kamu ba berfikir ini kasuskan? Aku rasa itu hanya pembantu Anton.” Ujarku.
“Kurasa ada yang aneh. Dari hentak kakinya itu bukanlah orang dewasa.” Jawab Shiro.
“Lalu apa yang mau kamu lakukan?” tanyaku penasaran.
“Aku akan mengecek semua ruangan.”
“apa??? Ini sudah malam. Bagaimana kalau besok saja?”
“Tidak, aku rasa ada yang aneh disini.”
“Baiklah, aku dan Andre akan menemanimu ok?”
“apa? Aku juga? Aku takut.” Andre memotong pembicaran.
“Baiklah kalau kamu gak mau ikut. Kamu disini sendiri ya.” Jawabku.
Sendiri!!! Kalau begitu aku ikut saja.”
Kami bertiga menuju ruangan yang kami tau. Pertama kami memeriksa kamar Anton.
Tok…tok…tok…
“Anton???”
Oh kalian, ada apa? Aku sudah tidur tadi. Tanya Anton yang bingung.
“Maaf, tadi kami meliahat ada yang melewati kamar kami. Apa itu kamu? Tanya Shiro
“bukan. Aku sudah tidur dari tadi.” Jawabnya kepada sahabatku.
“Kalau begitu bagaimana kalau kamu ikut untuk mengecek yang lain?” Shiro bertanya lagi.
“Ok kalau begitu.”
Setelah itu kami pergi kekamar Kurni.
Tok…tok…tok….
“Kurni???” panggil Andre.
Tok…tok…tok…
“Tak ada jawaban, bagaimana ini? Pintunya jg di kunci.”
“Ton, apa kamu punya kunci cadangannya? Hanya untuk memastikan.” Shiro mulai terlihat serius.
“Ada sih, tunggu biar aku ambil di bawah.”

Anton langsung pergi kelantai 1 sementara kamu hanya menunggu di depan pintu kamar Kurni. Setelah beberapa saat Anton kembali dan membuka pintu itu. Pintu dibuka. Gelap mulai membuat kami merinding yang di tambah bau yang tercium kurang sedap. Anton menyalakan lampu tapi sedikit sulit karena ada sebuah selotip menempel di saklar lampu. Lampu menyala dan kami tekejut melihat Kurni berada di atas tempat tidur tak bernyawa lagi dengan kondisi dada korban tertancap pisau. Saat itu juga Anton pergi. Ku rasa dia memanggil polisi. sementara Shiro mulai mengamati TKP dan melihat-lihat benda di sekirar korban. Tapi sejauh mataku melihat, tidak ada yang mencurigakan. Hanya ada tas Kurni yang posisinya sedikit aneh. Tapi aku rasa itu karena tertendang Kurni sehingga bergaser sedikit. Setelah beberapa saat, Anton datang dengan Randi. Randi pun sangat kaget ,melihat sahabatnya tewas dengan mengenaskan. Setelah itu Shiro menyuruh kita untuk berkumpul di ruang tamu. Shiro menjelaskan analisanya sampai saat itu.
“Dari kondisi korban kemungkinan dia di bunuh.” Shiro berkata
“:Apa? Tapi bagaimana bisa dia dibunuh sementara pintu kamarnya terkunci?” jawab Randi.
“Saat ini, aku belum tau. Tapi kondisi kamar benar-tertutup. Pintu dan jendela terkunci. Tak ada tanda pintu ataupun jendela di buka paksa. Yang ada hanya lubang kecil di sisi tembok dekat pintu. Tapi itu sangat kecil, bahkan jaripun tak akan masuk.” Jelas Shiro.
“Tadi aku sudah telepon dan polisi dan ambulance. Ku rasa aku harus panggil detective juga.” Kata Anton.
“Tidak perlu Ton. Okta adalah detective yang terkenal dikepolisian.” Sambung Andre.
“Benarkah?” Anton dan Randi bingung.
“Ya, dia adalah detective yang telah membantu kepolisian selama ini.” Aku meyakinkan mereka.
“Lalu bagaimana Ta?” tanya Anton.
“Aku belum bisa mengatakan apa-apa. Tapi aku sudah tau pelakunya. Aku hanya butuh bukti dan trik yang digunakan pelaku.” Jawabku.
“Apa pelakunya orang luar Ta?” tanya Randi penasaran.
“emm…”
Polisi tiba di sana serta ambulance yang membawa Kurni ke rumah sakit. Polisi memeriksa disana dan bertemu dengan Shiro. Itu adalah Sam, kepala kepolisian di kota ini.
“Hai, wah ternyata ini rumahmu ya?” sapa Sam,
“Bukan, ini
Rumah temanku dan korban itu juga temanku. Kami ada acara menginap disini.” Jawab Shiro.
“Kebetulan sekali.”
“ya, memang sangat kebetulan. Apa ada informasi yang bisaku dapatkan?”
“ini smua laporan tentang TKP”
“Baiklah, terima kasih”
Sahabatku memeriksa laporan itu dan langsung menuju TKP lagi. Aku dan Andre mengikutinya tapi tak berani masuk.

00.00
karena sudah malam. Polisi kembali ke kantornya untuk memeriksa dan kami kembali ke kamar masing-masing untuk tidur. Keesokan harinya polisi kembali ke rumah Anton dan menyelidiki TKP lagi. Kemudian aku dan andre melihat Shiro sedang berbicara dengan Sam. 10 menit kemudian aku, Andre, Randi, dan Anton di suruh untuk berkumpul di TKP. Saat kami sampai di sana, aku melihat tapi panjang dari lubang di dekat pintu yang di lilitkan pada sebuah kau kecil, ku rasa itu adalah tusuk gigi yang di potong pendek. Tali itu melewati bawah tas korban dan menuju lampu yang tepat berada di atas tempat tidur. Tapi tunggu dulu, di lampu itu tali terikat pada sebilah pisau yang terselip disana.entah apa maksudnya. Shiro pun mulai menjelaskan.
“ini adalah trik yang digunakan pelaku. Pertam dia menyiapkan semua ini di kamar korban. Setelah itu pelaku hanya harus menunggu korban tidur dan melepas tapi yang ada di luar ruangan ini. Jadi pelaku tidak harus masuk ke kamar ini untuk membunuh korban.” Jelas Shiro.
Anton pun bertanya, “pasti Kurni tau kalau ada tali di sana. Tali itu sangat terlihat jelas.”
“Sam, tolong matikan lampu…. Bagaimana? Apa masih terlihat?
“tapi bagaimana kalau Kurni menyalakan lampu maka trik ini akan ketahuan.” Tanya Randi.
“Tentu, tapi ditemukan lem dan selotip di saklar lampu.”
“Lalu siapa pelakunya” tanya Anton lagi.
“Pelakunya adalah Randi”
“Apa? Apa kau sudah gila? Mana mungkin aku pelakunya. Apa buktinya?”
Bukti? Semua sudah kau perhitungkan bukan. Tapi ada yang kamu lupa Ran, jika kau melakukan ini. Sidik jarimu pasti masih ada di dekat lubang saat kau menarik tali disana. Serta pasti setelah menarik tali itu pasti tali itu belum kau buang. Mungkin masih ada di celana yang kau pakai kemarin malam.”
“emm…. Cukup, memang aku yang melakunak ini semua. Dia telah menghianatiku. Dia merebut pacarku yang saat ini telah meninggal. Aku rasa dia yang membunuhnya. Kenapa ini terjadi. Aku sangat menderita” terang Randi sambil menangis.
“pacarmu? Alice maksudmu? Apa kau tidak dengar? Kasusnya baru ditutup minggu lalu dan aku sudah menemukan pelakunya.” Jawab Shiro.
Setelah itu Randi di bawa ke kantor polisa dan di periksa untuk proses lebih lanjut. Kami senang semua itu telah terpecahkan dan kami dapat pulang dengan tenang. Beberapa minggu kemudian ku dengar Randi di hukum selama 5 tahun penjara dan ku dengar juga dia memberika surat kepada Shiro yang berisi rasa terima kasih sudah mebuatnya lega. Randi juga mengirimkan surat kepada keluarga dari Kurni dan keluarganya memaafkan dia. Semua sudah berlalu, semua sudah saling memaafkan dan Randi pun telah menyesali perbuatannya.
----------Case Solved dan Closed----------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar